Berawal dari status WhatsApp yang pernah saya bagikan tentang salah satu fitur Windows 11 yang sedang dalam tahap development (yaitu integrasi dukungan aplikasi Android), terbesit di pikiran saya untuk menulis sekumpulan pengalaman yang saya dapatkan dalam menggunakan dan mengoperasikan sistem operasi terbaru dari Microsoft ini. Dan akan saya gunakan kesempatan ini untuk memberi kabar bahwa saya baik-baik saja, dalam keadaan sehat, dan saya akhirnya melepaskan status hiatus saya dari dunia blogging.
Pendahuluan
Kehadiran Windows 11 yang masih seumur jagung sebagai penerus operating system pendahulunya yaitu Windows 10, memberikan dampak pemikiran yang menghasilkan kesan beragam dari setiap orang. Dirilis ke khalayak publik pada 5 Oktober 2021, Windows 11 berhasil memikat banyak pengguna berkat promosi komersial di event peluncurannya yang memanjakan mata, yang menjanjikan pengguna dengan user interface yang lebih fresh, fluent, dan friendly. Semua tampak begitu halus, setidaknya itulah yang dirasakan, sampai saya sendiri mencobanya secara langsung.
Ya, saya mengikuti program Windows Insider untuk Windows 11 dan juga melakukan upgrade dari Windows 10 ke Windows 11 saat dirilis secara resmi ke publik. Berikut tulisan yang berisi review saya, yang menceritakan pengalaman dan perasaan saya terhadap operating system ini.
Pengalaman saya sebagai seorang Windows Insider
Intermezzo: Barusan hari ini (24/10/2021), saya baru saja mendapatkan achievement badge ‘Windows Insider Program 7th Anniversary’.
Tidak terasa petualangan saya sebagai Windows Insider dalam mencari bug dan memberi kritik dan saran terhadap fitur untuk Windows sudah mencapai 7 tahun. Dimulai dari ketika saya mempunyai smartphone Microsoft Lumia 535 yang saya install dengan Windows 10 Mobile Preview (sungguh masa yang menyenangkan saat memiliki smartphone ber-OS Windows), lalu mencoba Windows 10 Insider Preview di laptop, hingga kini yaitu Windows 11 Insider Preview, saya mengikuti perjalanan tim developer Windows dengan mencoba menggunakan produk yang dirilis lebih awal dan memposting feedback agar produk mereka bisa menjadi lebih baik.
Menariknya, di build Windows 11 Insider Preview yang pertama kali dirilis, segalanya terasa lebih stabil dibandingkan dengan saat build insider preview pertama Windows 10, walaupun memang masih penuh dengan bug (namanya juga build insider preview). Dengan hal itu saya semakin optimis bahwa perkembangan sistem operasi ini akan memiliki masa depan yang cerah, dimana orang-orang akan semakin tertarik untuk melakukan upgrade.
Namun, di balik semua itu, ada yang membuat rasa kecewa saya timbul.
Hilangnya beberapa fitur penting seperti dukungan drag and drop ke taskbar, dan diubahnya fitur Connect menjadi Cast yang menghilangkan dukungan quick connect ke perangkat Bluetooth lewat menu Action Center, membuat banyak Insiders menjadi geram, yang ditunjukkan dengan banyaknya upvote pada beberapa suggestion terkait hal tersebut yang diposting pada aplikasi Feedback Hub.
Yang terlihat oleh mata saya
Perubahan elemen visual yang ditanamkan pada sistem operasi ini cukup memanjakan mata saya.
Windows 11 menghadirkan user interface yang lebih modern, sederhana, dan cantik. Namun, poin utamanya bukanlah itu, melainkan dari segi design yang lebih konsisten dari pada versi sebelumnya.
Sebagian besar perubahan yang ada ditujukan untuk merancang ulang user interface daripada menambah fitur yang benar-benar baru. Dari hal yang paling mudah diperhatikan yaitu perubahan design Start menu, taskbar yang bisa diposisikan ke tengah, sudut jendela yang bundar (rounded window corners), sampai hal yang paling rinci, yaitu diperbaruinya beberapa icon, yang bahkan pada Windows versi sebelumnya masih belum diperbarui sejak puluhan tahun lalu pada zamannya Windows 9x.
Dari sekian banyaknya perubahan visual tersebut, saya masih tetap belum merasa puas, karena Microsoft masih harus mengerjakan PR-nya dalam meningkatkan konsistensi design sampai ke tingkat detail yang paling dalam.
Yang dialami oleh tubuh saya
Menurut artikel yang saya ingat pernah saya baca (jangan tanya saya sumbernya dari mana…), bagian penting dari user experience dan user interface suatu sistem operasi, khususnya jenis desktop, adalah bagaimana produknya akan membuat gerak anggota tubuh kita nyaman sehingga menghasilkan lebih banyak produktivitas, terutama pada bagian jemari tangan yang paling sering berinteraksi dengan hardware seperti touch panel, mouse dan keyboard yang berkomunikasi memberikan perintah ke aplikasi melalui sistem operasi.
Yang tubuh saya rasakan dari pengalaman singkat menggunakan Windows 11 ini, bisa dibilang mixed feelings antara terasa lebih nyaman dan terasa lebih buruk. Saya mulai saja dengan rasa tidak nyaman yang saya rasakan.
Windows 11 membuat muscle memory saya menjadi merasa tidak begitu nyaman, karena perubahan total pada posisi dan letak beberapa elemen penting yang diubah, bahkan ditiadakan.
Salah satunya adalah, perubahan posisi icon Start pada taskbar yang digeser menjadi di tengah, namun posisi tengah tersebut mengikuti banyaknya icon aplikasi yang di-pin pada taskbar, sehingga secara efisiensi, untuk mengeklik icon Start pada Windows 11 memerlukan energi sedikit lebih banyak, ketimbang icon Start yang ditempatkan di pojok kiri.
Contoh lainnya, hilangnya menu Task Manager dari menu konteks taskbar, dan hilangnya menu refresh dari menu konteks File Explorer. Karena saya sudah terbiasa mengakses menu-menu tersebut dengan cara seperti itu, jadi ketika menu tersebut dihilangkan dan cara mengaksesnya jadi lebih terbatas, rasanya saya merasa aneh. Yang selama ini sudah terbiasa dengan cara lama, jadi harus beradaptasi dengan cara baru. Untungnya, saat ini saya sudah membiasakan diri membuka Task Manager dengan shortcut keyboard Ctrl + Shift + Esc, dan melakukan refresh dengan tombol F5.
Dari pengalaman singkat anggota tubuh saya menggunakan Windows 11, saya jadi belajar lebih banyak tentang shortcut keyboard dalam melakukan navigasi aplikasi, file, dan layout window, sehingga kekurangan tersebut tidak menjadi masalah besar buat saya.
Yang hati saya rasakan
Perasaan campur aduk yang hati saya rasakan cukuplah menggambarkan bagaimana sistem operasi ini menjadi bagian dari kehidupan saya. Saya hanya bisa berharap sistem operasi ini akan menjadi lebih baik lagi.
Saya akan menambahkan satu kalimat dalam bahasa Inggris untuk menyimpulkan pengalaman saya.
It’s great, it’s beautiful, but it still needs a lot of touch.
Haruskah kamu upgrade ke Windows 11?
Dari semua hal yang telah saya jabarkan pada tulisan ini, saya hanya bisa bilang, di antara semua keputusan yang kamu ambil, pilihan untuk upgrade ke Windows 11 saya kembalikan ke diri masing-masing. Yang bisa saya katakan adalah, jika kamu masih begitu menyukai Windows 10, saran saya lebih baik menunggu hingga Windows 11 menambahkan kembali semua fitur yang sebelumnya dihilangkan dari pendahulunya.